Siapa pula yang perduli pada tetes yang menjejaki pipimu itu?
Siapa pula yang perduli pada kesakitan yang katamu tiada obat itu?
Dalam keadaan terburukmu, barulah kau ingat
Bahwa harapmu tak lebih lebar dari kesemua ruas jemari
Bahwa mimpimu tak lebih luas dari jalan yang kau tapaki
Bahwa ada yang lebih perkasa
Bahwa bukan kau penentu segala
Dalam keadaan terburukmu, barulah kau sadar
Bahwa kesyukuranmu begitu samar
Tertutup iba yang kau lambai-lambai