Sedikit cerita tentang momen lebaran
Yang kulalui bersama mereka yang berbeda
Jadi, lebaran kali ini adalah lebaran yang amat berkesan (atau menyedihkan?) bagiku. Aku melewati lebaran pertama tanpa keluarga. Nggak ada mereka-mereka yang menjadi alasanku merindui rumah. Nggak ada mereka-mereka yang membuatku bersimpuh mohon diberi umur panjang demi selalu bersama.
Dengan jatah cuti KKN selama 5 hari, nggak mungkin aku bisa menggunakannya untuk merayakan lebaran bersama keluarga. Kenapa nggak bisa? keluargaku mudik ke Bangka, ke rumah kakek dan nenek selama... seminggu lebih. Jadilah aku pasrah berlebaran di tempat KKN.
Dari 10 orang penghuni pondokan KKN, ada 6 orang yang sholat Ied di lapangan desa, sisanya mudik.
Pagi-pagi jam 7, udah rapi jali mau berangkat ke lapangan, di depan pondokan aku jatuh dengan (nggak) anggun. Untungnya bajuku nggak robek, cuma luka-luka di dengkul dan nyeri di tangan. Ya, cuma.
Jarak antara pondokan ke lapangan sebenernya nggak terlalu jauh, tapi dengan keadaan dengkul yang luka begini, yah... tau sendiri lah gimana rasanya :|
Ternyata, pelaksanaan sholat Ied disini nggak berbeda jauh dengan pelaksanaan sholat Ied di Jogja maupun di Bangka. Cuma bedanya, saat sujud, kakiku agak ndlosor karena... dengkulku sakit. Ya, itu bedanya.
Selesai sholat Ied, ada acara salam-salaman sama semua warga yang hadir disana. Bisa bayangin gimana pegelnya berdiri buat salam-salaman satu kampung dengan dengkul yang nyut-nyutan?
Ah, aku baru sadar apa maksud penceramahnya tadi menyampaikan materi tentang penghapusan dosa kepada mereka yang saling berjabat tangan. Ya, supaya kita sabar berdiri pas salam-salaman.
Selesai acara salam-salaman, kita kembali ke pondokan. Aku telpon orangtuaku dan, yah, nangis. Kebayang banget gimana wajah mereka, sementara aku jauh, nggak bisa sungkem secara langsung. Sedih, aku sedih. Sedih. Sedih. Sedih.
Setelah telpon, masih dalam keadaan mata sembab akibat nangis, aku menyantap opor serta rendang buatan Ibu Rasun, pemilik pondokan. Rasanya enak, suer. Nggak kalah enak sama buatan nenek.
Karena bingung mau ngapain lagi, akhirnya sorenya aku pergi main ke kota bersama temanku, dengan harapan bisa menemukan tempat yang oke buat cuci mata dan cuci perut. Ternyata, hampir semua toko tutup, bahkan mall terbesarnya pun tutup. Jadilah kita nongkrong di mall (atau supermarket?) yang tetap buka di hari lebaran ini.
Yah, intinya, aku bersyukur masih diberi nikmat nafas hingga dapat merayakan lebaran di tahun ini. Meski tanpa keluarga, aku tetap beryukur. Do'aku, semoga puasa kita diterima oleh Allah dan semog kita semua masih diberi kesempatan untuk bertemu Ramadhan di tahun depan, depannya lagi, depannya lagi, lagi dan lagi, entah sampai kapan. Aamiin.
Terakhir, semoga selepas Ramadhan ini, kita dapat menjadi pribadi yang makin baik kedepannya. Aamiin.
Meski udah telat, tapi, selamat berlebaran ya :)